Tiur Simamora: Koruptor Makin Ngotot, Hukum Makin Ngikut, Uang Rakyat Dimakan Hati Nurani Dibuang

Oleh : Bunda Tiur Simamora

SINARPOS.comOPINI || Seakan tak habis akal, para koruptor di Indonesia kini menjelma jadi ‘wirausahawan negara’, dengan bisnis utama: memakan uang rakyat tanpa memikirkan bagaimana nasib hidup rakyat kecil yang sudah dirugikan. Mulai dari pejabat tinggi berseragam mentereng, PNS yang biasanya cuma tahu absen dan apel pagi, hingga aparat penegak hukum yang katanya paham undang-undang, ternyata ikut antre “ngemil APBN”.

Mereka seolah sedang berlomba-lomba dalam sayembara tak resmi: “Siapa Paling Banyak Makan Uang Negara Sebelum Tertangkap?”.

Negeri ini semakin kaya akan berita korupsi, tapi makin miskin akal sehat dan rasa malu. Dari pejabat elite sampai pegawai biasa, dari yang pakai toga sampai pakai seragam—semua ternyata punya selera makan yang sama: Uang Rakyat.

Lucunya, ketika akhirnya ada yang tertangkap, drama baru pun dimulai. Bayangkan saja, kerugian negara triliunan rupiah bisa “dilobi lunas” hanya dengan segepok uang receh—puluhan juta rupiah saja cukup untuk membungkam. Ya, ternyata hukum juga punya paket promo: “Tangkap Koruptor, Tapi Jangan Sampai Bikin Nangis”. Ibarat beli sepatu branded KW super, harga murah tapi kualitas “terbeli”.

Warga pun heran, bagaimana bisa orang yang merusak hukum justru berasal dari kalangan yang paling paham hukum? Seperti tukang kunci yang justru jadi spesialis maling rumah.

“Negara ini ibarat mobil mewah, tapi dikendarai maling bensin. Lama-lama mogok sendiri,” kata Dodo, tukang tambal ban di belakang kantor gubernur, sambil mengelap peluh.

Lebih ironis lagi, banyak dari para penegak hukum justru menjelma jadi pelindung para maling berdasi. Mereka mengaku sedang menegakkan hukum, padahal sedang meneguk uang sogokan. Tidak sedikit dari mereka yang hartanya justru lebih wah daripada pelaku yang mereka tangkap.

Bahkan dalam beberapa kasus, uang hasil korupsi digunakan untuk membeli jabatan, lalu saat menjabat, korupsi lagi. Sebuah siklus seperti daur ulang—bedanya ini daur ulang kejahatan.

Di tengah semua kekacauan ini, Sosok warga sederhana namun suaranya jernih dan penuh logika: Ibu Tiur Simamora, seorang ibu rumah tangga dari Sumatera Utara, yang merasa bingung dan heran, namun hanya bisa tersenyum melihat kelakuan para elite.

“Aneh tapi nyata, kok bisa ya orang ngerti hukum, malah makin berani langgar hukum. Saya ini bukan orang hukum, bukan lulusan sarjana apapun, tapi saya takut banget kalau melanggar hukum. Saya tahu mana yang salah, mana yang benar. Saya bukan pengacara, bukan jaksa, tapi Tuhan itu selalu ingetin saya dari hati,” tutur Bu Tiur sambil tersenyum getir.

“Justru orang yang ngerti hukum, sekolah tinggi, gelarnya panjang kayak kereta api, kok malah santai melanggar hukum? Makan uang haram, uang yang jelas bukan haknya, ya pasti suatu saat akan celaka sendiri… masa nggak mikir ada karma-nya?”

Banyak rakyat bertanya-tanya:

  • Ke mana perginya rasa malu para pejabat?
  • Ke mana integritas para penegak hukum?
  • Dan yang paling penting: ke mana uang negara kita?

Jawaban yang sering terdengar justru lebih lucu dari sinetron komedi:

“Masalah administrasi…,”
“Itu dana hibah…,”
“Itu urusan teknis…,”
atau jawaban klasik, “Saya lupa.”

Saking seringnya lupa, mungkin sudah saatnya negara mengadakan pelatihan khusus: “Pengenalan Memori untuk Para Pelaku Pelanggar Hukum”.

Jika dulu korupsi dilakukan diam-diam di lorong gelap, sekarang justru dilakukan dengan bangga, terang-terangan, bahkan diposting di media sosial—tentu setelah dicuci dan dipoles.

Ibu Tiur bahkan menyampaikan filosofi kehidupan sederhana yang sulit dibantah:

“Kalau kita tanam pohon cabe, masa nanti yang tumbuh jeruk? ya pastinya tumbuh cabe juga, kalau yang ditanam kebaikan, pasti hasilnya kebaikan, tetapi kalau udah jelas merugikan orang lain, pasti nanti yang paling rugi ya dia sendiri… tapi kok ya pada gak mikir yaa…” katanya sambil menggelengkan kepala.

“Koruptor sekarang itu udah kayak konser besar, dari menteri, pejabat tinggi, sampai PNS biasa ikut tampil. Wah, kacau deh… saya nontonnya kayak sinetron, cuma bedanya ini nyata!”

Hukum di negeri ini tampaknya sedang “rebahan”. Tapi jangan khawatir, selama rakyat masih punya akal dan suara, korupsi bisa tetap jadi bahan tertawaan dan perlawanan.

Negara ini tidak kekurangan uang, hanya kebanyakan tikus. Dan mirisnya, sebagian dari mereka pakai jas, berdasi, bahkan berseragam. Tapi tenang, rakyat Indonesia selalu punya senjata ampuh: humor, satire, dan semangat melawan ketidakadilan.

Korupsi bukan lagi sekadar pelanggaran, tapi sudah menjelma budaya tak tertulis yang menular dari atas ke bawah. Ironisnya, yang takut melanggar hukum justru rakyat kecil seperti Ibu Tiur Simamora, bukan mereka yang dibayar untuk menjaganya.

Satu-satunya yang membuat rakyat bertahan adalah keyakinan bahwa Tuhan tidak buta, dan karma tak pernah libur.

“Salam Perjuangan, teruslah berjuang kawan untuk Negeri ini, Salam Indonesia Bersatu”

**Tiur Simamora

BERITA TERKAIT

Tulis Komentar Anda Tentang Informasi ini

BERITA KHUSUS (VIDEO STREAMING)

Kantor Penasehat Hukum Hendri C Saragi, SH Desak Otopsi Jenazah Imam Komaini Sidik Oleh Tim Medis TNI: Mengungkap Tabir Kematian yang Penuh Tanda Tanya

Kantor Penasehat Hukum Hendri C Saragi, SH Desak Otopsi Jenazah Imam Komaini Sidik Oleh Tim Medis TNI: Mengungkap Tabir Kematian yang Penuh Tanda Tanya

Tragedi Pembunuhan Menyimpan Tanda Tanya, Ada Apa di Balik Peritiwa ini ?

Tragedi Pembunuhan Menyimpan Tanda Tanya, Ada Apa di Balik Peritiwa ini ?

Jalan Rusak di Daerah Pesantren Kelapa Sawit: Suara Warga yang Tak Kunjung Didengar

Jalan Rusak di Daerah Pesantren Kelapa Sawit: Suara Warga yang Tak Kunjung Didengar

Diduga Bertindak Sepihak, Bank Mandiri Lelang Rumah Warga Balangan Tanpa Peringatan Resmi

Diduga Bertindak Sepihak, Bank Mandiri Lelang Rumah Warga Balangan Tanpa Peringatan Resmi

Pemagaran Sepihak Tanah Fasum Warga Sampali, Diduga Ilegal, Warga Tuntut Pengusutan Tuntas Dugaan Mafia Tanah

Pemagaran Sepihak Tanah Fasum Warga Sampali, Diduga Ilegal, Warga Tuntut Pengusutan Tuntas Dugaan Mafia Tanah

Penuh Haru dan Kebersamaan, Acara Perpisahan SMP Islam Soedirman PB Mandiri Kota Bekasi Tinggalkan Kesan Mendalam

Penuh Haru dan Kebersamaan, Acara Perpisahan SMP Islam Soedirman PB Mandiri Kota Bekasi Tinggalkan Kesan Mendalam