Kisruh di Balik Kemegahan Acara Besar di Cikampek: Media Diundang, Dihina dengan Amplop Rp25 Ribu

SINARPOS.com Karawang – Sebuah acara berskala besar yang digelar di sebuah SMK Muhamadiyah 3 Cikampek (SMK-Mutia), Jawa Barat, kembali menuai sorotan tajam. Acara yang semestinya menjadi panggung sinergi dunia pendidikan, pelaku UMKM, dan dukungan legislatif ini justru memunculkan ironi dan perlakuan tidak layak terhadap para jurnalis yang diundang secara resmi oleh panitia.

Acara yang berlangsung dari pagi hingga sore hari ini mengundang berbagai pihak penting, termasuk sejumlah anggota DPRD, pejabat elit daerah, pengusaha lokal, hingga tokoh pendidikan. Dimeriahkan dengan berbagai kegiatan, mulai dari pameran UMKM, seminar pendidikan, hingga pentas seni siswa, acara ini terlihat sangat megah di permukaan. Bahkan saking padatnya rangkaian kegiatan, salah satu panitia dikabarkan jatuh pingsan karena kelelahan mengatur jalannya acara.

Namun di balik kemegahan itu, terselip perlakuan memalukan terhadap para awak media yang hadir. Sejumlah jurnalis yang diundang secara resmi mengaku kecewa berat atas sikap panitia penyelenggara. Mereka tidak hanya dibiarkan tanpa konsumsi apapun sejak pagi, tapi juga ‘dihadiahi’ amplop berisi uang sebesar Rp25.000 per orang—nominal yang dinilai bukan hanya tak layak, tapi juga melecehkan profesionalisme media.

Ironisnya, ketika dikonfirmasi, pihak panitia justru mengelak dengan menyebut bahwa dana sudah diberikan kepada wartawan yang hadir. Pernyataan ini menimbulkan tanda tanya besar, sebab para jurnalis yang diundang adalah mereka yang tercantum di daftar undangan resmi, dan tidak ditemukan adanya wartawan lain di luar daftar tersebut.

“Kalau memang ada dana publikasi, kenapa kami yang hadir tidak menerima hak kami? Jangan sampai ini hanya akal-akalan panitia,” ujar salah satu wartawan senior lokal yang hadir dalam acara tersebut.

Kepala sekolah selaku tuan rumah pun mengarahkan agar persoalan ini ditanyakan langsung kepada panitia, karena menurutnya anggaran untuk media dan publikasi telah diserahkan penuh kepada tim pelaksana kegiatan. Namun sayangnya, sejumlah panitia terkesan menghindar saat hendak ditemui media untuk klarifikasi. Bahkan sempat terjadi ketegangan karena para jurnalis merasa tidak dihargai baik secara moral maupun profesional.

Sementara itu, secara terbuka salah satu anggota DPRD RI menyatakan bahwa dirinya telah menyumbangkan dana sebesar Rp35 juta untuk mendukung pelaksanaan acara, yaitu 25juta untuk sekolah dan 10 juta untuk peserta siswa siswi yang tampil.

“Kalau total anggaran dari sumbangan pejabat saja sudah Rp35 juta, belum lagi sponsor atau anggaran dari pihak sekolah, mengapa wartawan yang diundang resmi justru diperlakukan seperti ini? Ini bukan hanya soal nominal, tapi soal martabat dan penghargaan terhadap fungsi pers,” tambah wartawan lainnya.

Acara yang membawa nama dunia pendidikan dan pemberdayaan UMKM ini pun menjadi ironi: megah di panggung, tapi pincang dalam manajemen dan tata kelola anggaran. Banyak kalangan mulai mempertanyakan transparansi dan integritas panitia penyelenggara. Ada kecurigaan bahwa anggaran besar yang semestinya digunakan untuk mendukung kelancaran kegiatan termasuk akomodasi media, malah disalahgunakan atau tidak tersalur sebagaimana mestinya.

Tak hanya soal konsumsi atau amplop kecil, publik kini menyoroti buruknya tata kelola acara yang seharusnya bisa menjadi contoh bagi dunia pendidikan. Para jurnalis yang hadir menegaskan bahwa mereka tidak menuntut bayaran, tapi menuntut penghargaan atas profesi dan tugas jurnalistik mereka yang datang, meliput, mewawancarai narasumber hingga selesai acara.

Kini, muncul desakan agar Dinas Pendidikan dan DPRD RI turun tangan mengevaluasi kinerja panitia dan mempertanyakan aliran dana acara tersebut. Jika terbukti ada penyelewengan atau pemotongan anggaran tanpa dasar, maka bisa masuk dalam kategori pelanggaran administratif, bahkan potensi korupsi dana publik atau donasi kegiatan.

sementara itu, ditempat yang sama, uang amplop 25rb yang diberikan oleh panitia penyelenggara dikembalikan lagi ke panitia oleh wartawan-wartawan yang di undang.. untuk disumbangkan

Hingga berita ini diterbitkan belum ada tanggapan dari pihak penyelenggara maupun kepala sekolah.


**Red

BERITA TERKAIT

Tulis Komentar Anda Tentang Informasi ini

BERITA KHUSUS (VIDEO STREAMING)

GIIAS 2025

Belasan Media Nasional Kawal Kasus Kematian Imam Komaini Sidik: Dugaan Pembunuhan Terencana, Hanya Satu Tersangka Ditahan?

Belasan Media Nasional Kawal Kasus Kematian Imam Komaini Sidik: Dugaan Pembunuhan Terencana, Hanya Satu Tersangka Ditahan?

Keluarga Korban Pembunuhan Imam Komaini Sidik Desak Pengungkapan Komplotan Pelaku: “Kami Percaya Ini Bukan Ulah Satu Orang”

Keluarga Korban Pembunuhan Imam Komaini Sidik Desak Pengungkapan Komplotan Pelaku: “Kami Percaya Ini Bukan Ulah Satu Orang”

Kantor Penasehat Hukum Hendri C Saragi, SH Desak Otopsi Jenazah Imam Komaini Sidik Oleh Tim Medis TNI: Mengungkap Tabir Kematian yang Penuh Tanda Tanya

Kantor Penasehat Hukum Hendri C Saragi, SH Desak Otopsi Jenazah Imam Komaini Sidik Oleh Tim Medis TNI: Mengungkap Tabir Kematian yang Penuh Tanda Tanya

Tragedi Pembunuhan Menyimpan Tanda Tanya, Ada Apa di Balik Peritiwa ini ?

Tragedi Pembunuhan Menyimpan Tanda Tanya, Ada Apa di Balik Peritiwa ini ?

Jalan Rusak di Daerah Pesantren Kelapa Sawit: Suara Warga yang Tak Kunjung Didengar

Jalan Rusak di Daerah Pesantren Kelapa Sawit: Suara Warga yang Tak Kunjung Didengar