
Sinarpos.com
Medan – Rencana Pemerintah Kota Medan menggelar festival akhir tahun resmi dibatalkan. Keputusan ini diambil menyusul gelombang kritik publik di tengah kondisi pascabencana banjir yang melanda hampir seluruh wilayah kota.
Pembatalan dilakukan meski Pemko Medan sebelumnya telah mengubah total konsep kegiatan. Festival yang semula dirancang sebagai hiburan akhir tahun dengan anggaran sekitar Rp1 miliar, dialihkan menjadi kegiatan bernuansa religius dan reflektif, seperti zikir dan doa bersama, refleksi akhir tahun, serta penggalangan donasi bagi korban bencana.
Akhirnya,Dinas Pariwisata Medan batalkan kegiatan Pergantian Tahun Baru 2026, yang sebelumnya akan dirangkai dengan acara ‘Harmoni dan Doa Bersama’ dengan pertimbangan utama Sumatera Utara masih dalam situasi bencana alam, yang belum pulih seutuhnya.
Kadis Pariwisata Medan M Odi Anggia Batubara mengatakan alasan pembatalan kegiatan pergantian tahun baru, karena Sumatera Utara (Sumut) masih dalam situasi bencana alam, yang belum pulih seutuhnya.
“Kegiatan Pergantian Tahun dengan Harmoni dan Doa Bersama, kami batalkan sesuai Walikota Medan mengingat karena kondisi bencana belum pulih, cuaca masih diprediksi kurang baik,” kata Kadis Pariwisata Medan M Odi Anggia Batubara kepada awak media. Kamis (18/12/2025).
Odi mengatakan bahwa Pemko Medan dan pihaknya, mengikuti surat edaran dari Gubernur Sumut, Bobby Nasution tetang peduli dengan situasi bencana alam ini. Sehingga pihaknya, menjalankan arahan dari surat edaran tersebut.
“Sebenarnya konsepnya sudah diubah. Ada zikir dan doa di pagi hari, malamnya refleksi tahun 2025 dengan pemutaran video bencana, penanggulangan, mitigasi, dan pesan menjaga lingkungan. Tidak ada kembang api,” kata Odi
Ia membantah anggapan bahwa kegiatan tersebut akan diisi hiburan hura-hura. Menurutnya, tidak ada tarian, joget, maupun pesta kembang api sebagaimana dikhawatirkan sebagian masyarakat.
“Kita libatkan pihak lain untuk kerja sama donasi dan charity. Bintang tamu juga bukan untuk hura-hura. Acara pun dibatasi, selesai paling lambat pukul 22.00 sampai 22.30 WIB,” ujarnya.
Dalam konsep terbaru, rangkaian kegiatan direncanakan dimulai sejak pagi dengan zikir dan doa bersama. Pada malam hari, agenda difokuskan pada refleksi akhir tahun melalui pemutaran video bencana, upaya penanggulangan, mitigasi risiko, serta ajakan menjaga kelestarian lingkungan.
Donasi yang dihimpun disebut tidak berbentuk uang tunai, melainkan bantuan seperti perlengkapan sekolah.Namun demikian, Odi mengakui judul kegiatan yang tetap menggunakan istilah “festival” memicu persepsi negatif di tengah masyarakat, terutama di saat ribuan warga masih berjuang memulihkan diri dari dampak banjir.
“Atas masukan publik dan mempertimbangkan sensitivitas korban bencana, akhirnya diputuskan kegiatan ini dibatalkan seluruhnya,” katanya.
Terkait anggaran, Odi memastikan dana yang telah dialokasikan tidak dialihkan ke kegiatan lain dan tidak digunakan sama sekali.
“Anggarannya tidak dipakai. Jadi kegiatan ini benar-benar batal,” tegasnya mengakhiri.
Diketahui, rencana festival akhir tahun Pemko Medan dengan anggaran Rp1 miliar menuai sorotan tajam karena digagas di tengah kondisi pascabencana banjir terparah sepanjang sejarah kota.
Bencana tersebut berdampak pada 19 kecamatan dari total 21 kecamatan di Medan. Meski telah dilakukan perubahan Kerangka Acuan Kegiatan (KAK), tekanan publik akhirnya mendorong Dispar Medan menghentikan rencana tersebut sepenuhnya.

Sementara itu,penelusuran di website Inaproc.SPSE.Pemko Medan dengan jelas sudah membatalkan tender ‘Festival Semarak Pergantian Tahun 2025’ yang diubah menjadi refleksi dan doa dengan biaya Rp 999,6 M atas permintaan Dinas Pariwisata tertanggal 16 Desember kemarin.
Sebelumnya,Pengamat Anggaran Elfanda Ananda mempertanyakan kegiatan Festival Semarak Pergantian Tahun tersebut bahkan menyarankan agar anggaran tersebut dialihkan untuk membantu pemulihan korban banjir Kota Medan.
(ard)






