Sinarpos.com – Saat ini, olahraga sambil berwisata (sport tourism) di berbagai negeri muslim tengah menjadi sorotan. Mereka berlomba-lomba menyelenggarakannya.
Beberapa hari lagi akan ada acara West Java Paragliding Championship 2024, yang rencananya akan digelar pada 30 September sampai 6 Oktober 2024. 14 negara telah menyiapkan beberapa atlet paralayang untuk mengikuti acara ini.
Menurut Sekretaris Daerah Tuti Ruswati saat Rapat Koordinasi Persiapan West Java Paragliding 2024 di Ruang Rapat Sekda, Selasa, 10 September 2024 lalu. Persiapan digelarnya kejuaraan sudah mencapai 60 persen. Waktu yang tersisa dinilai sangat sempit untuk memerinci berbagai aspek teknis yang harus disiapkan, terutama dalam hal keamanan dan keselamatan para atlet, serta kondusifitas acara yang bertepatan musim kampanye Pemilu. (Prfmnews.id, 13-9-2024)
Olahraga sambil berwisata (sport tourism) menjadi tren dan mampu menarik peserta dari mancanegara. Karenanya, pendapatan dari sport tourism dinilai mampu meningkatkan perekonomian bangsa.
Upaya meningkatkan perekonomian bangsa melalui sport tourism ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga menggandeng swasta, seperti investor dalam dan luar negeri.
Ini menunjukkan bahwa negara sedang giat-giatnya mencari pundi-pundi rupiah. Sepertinya negara tidak akan melewatkan kesempatan yang ada untuk meningkatkan pendapatan negara, termasuk sport tourism yang sedang menjadi tren saat ini.
Sejatinya, tren sport tourism ini tidak akan berjalan lama atau hanya sementara. Dengan berjalannya waktu, masyarakat akan merasa bosan dengan sport tourism dan akan mengganti dengan yang baru. Selanjutnya, negara harus kembali bekerja keras mencari pengganti yang baru sebagai pemasukan negara.
Telah nyata bukti kalau negara terlalu sibuk dengan sesuatu yang sedang tren tanpa memperhatikan efek ke depannya. Seharusnya, negara mengambil kebijakan agar memiliki pendapatan tetap.
Ada Bahaya
Tampak di lapangan, sport tourism tidak hanya mendapatkan keuntungan materi, melainkan ada hal lain, dari sisi ekonomi, sport tourism mungkin mendatangkan keuntungan, tetapi waktunya hanya sementara. Ditambah jika bekerjasama dengan pihak swasta, maka merekalah yang akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Tidak menutup kemungkinan bisa mendatangkan kerugian.
Dari sisi sosial, akan dirasakan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Peserta sport tourism yang beragam dari mancanegara, selain membawa fisik juga membawa budaya negeri mereka. Bisa juga minum minuman keras, menyeludupkan narkotika, hingga berzina. Kebiasaan seperti ini tentu akan merusak masyarakat sekitar diselenggarakannya sport tourism.
Negara dengan mudah menggandeng swasta, justru memperlihatkan bahwa pemegang kebijakan melakukan pengabaian terhadap rakyatnya. Mereka lebih mementingkan berjabat tangan dengan pihak swasta daripada kondisi rakyat yang mereka abaikan. Misalnya, bisa saja banyak kerusakan alam akibat pembangunan sport tourism.
Aspek Strategis
Sebenarnya, pengelolaan keuangan negara masih ada aspek strategis yang perlu menjadi perhatian khusus, apalagi kekayaan alam Indonesia begitu melimpah. Bahan tambang seperti emas, nikel, timah, bauksit, batubara, dsb, serta gas alam dan minyak bumi, juga melimpah. Semua kekayaan alam yang berlimpah ini seharusnya menjadi prioritas utama negara, karena pendapatan dari hasil kekayaan alam ini cukup besar dan dapat menjamin kebutuhan seluruh rakyat.
Sebagai pengayom rakyat, negara wajib memenuhi kebutuhan rakyat yang kekurangan. Negara harus bisa memastikan kebutuhan rakyat seluruhnya tercukupi.
Konsep Islam
Islam mempunyai konsep negara dan pemimpinnya wajib bertanggung jawab kepada rakyat. Sistem pemerintahan Islam mewajibkan seorang pemimpin untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Atas dorongan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, seorang pemimpin akan menjalankan perintah-Nya dengan kesungguhan, termasuk dalam pengurusan rakyat.
Ia akan memastikan tidak ada seorang pun dari rakyatnya yang kekurangan.Seorang pemimpin akan menjalankan aturan Islam dalam hal keuangan, salah satunya mengelola SDA untuk kepentingan masyarakat, bukan individu atau swasta. Negara akan mendapatkan pemasukan besar dan berkesinambungan dari pengelolaan tersebut, juga akan mendapatkan pemasukan kas dari jizyah, kharaj, fai, ganimah, dsb. Jadi negara tidak perlu mencari pendapatan lain, seperti dari sport tourism.
Olahraga dalam pandangan Islam adalah sebagai upaya untuk menjaga kesehatan, bukan bisnis, apalagi sekadar untuk bersenang-senang. Sedangkan pariwisata dalam Islam bertujuan untuk tadabur alam, yaitu mengenal dan lebih mendekatkan diri pada Allah, bukan sekadar untuk bersenang-senang atau malah membahayakan diri atau orang lain.
Dengan demikian, sport tourism tidak akan mampu meningkatkan perekonomian bangsa. Hanya sistem Islam dengan segala kebijakannya yang sesuai syariat, yang mampu memenuhi mimpi pemimpin muslim dan rakyatnya.Allah Swt. mengingatkan tentang wisata dalam Islam yaitu melakukan perjalanan untuk merenungi keindahan ciptaan Allah Swt., menikmati keindahan alam sebagai penguat keimanan terhadap keesaan Allah, dan memotivasi untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang hamba kepada Sang Pencipta dan Sang Pengatur alam semesta.
Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 20, yang artinya, “Katakanlah, ‘Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan (makhluk), kemudian Allah menjadikan kejadian yang akhir. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.'”Wallahualam bissawab.
Oleh : Yanyan Supiyanti, A.Md.
Pendidik Generasi
MP3 indir bedava Google SEO ile doğru anahtar kelimeleri kullanarak müşteri kitlesine daha kolay ulaştık. http://www.royalelektrik.com/