Luka Mendalam Palestina
Sinarpos.com – Penderitaan rakyat Palestina, khususnya di Jalur Gaza, kembali menorehkan luka mendalam bagi umat manusia, terlebih bagi umat Islam. Sejak Oktober 2023 hingga kini, genosida oleh zionis Israel telah mencapai level kebiadaban yang melampaui batas kemanusiaan.
Terbaru, sedikitnya 32 warga di Gaza dan 2 di Lebanon tewas akibat serangan udara brutal Israel. Kondisi Gaza benar-benar mendekati bencana kemanusiaan total.
Ironisnya, serangan-serangan Israel bahkan menyasar tenda pengungsi yang diklaim sebagai “zona aman”, menewaskan puluhan orang . Termasuk yang menjadi korban adalah jurnalis Fatima dan tujuh anggota keluarganya, bukti bahwa serangan ini tidak lagi mengenal batas .
Meski kecaman internasional menggema, rezim zionis tak bergeming. Mereka tetap memborbardir Gaza, mengusir rakyat Palestina dari tanah airnya, bahkan membunuh tanpa pandang bulu.
Namun yang lebih memilukan adalah sikap sebagian besar penguasa Muslim yang hanya diam atau sebatas mengecam. Mereka enggan mengambil langkah nyata, apalagi mengirim pasukan untuk menolong saudara seimannya.
Sementara itu, umat Islam di berbagai penjuru dunia mulai menyerukan jihad sebagai solusi nyata membebaskan Palestina. Namun seruan ini tak direspons dengan sungguh-sungguh oleh para penguasa negeri-negeri Islam, karena mereka masih terikat kuat oleh sistem nasionalisme sempit dan politik tunduk pada kepentingan Barat.
Solusi Islam
Umat Islam tidak boleh tinggal diam terhadap penderitaan saudaranya. Allah SWT telah menegaskan persaudaraan sesama Muslim dan kewajiban untuk menolongnya.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Maka damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat [49]: 10)
“Dan jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan…”(QS. Al-Anfal [8]: 72)
Rasulullah Saw. bersabda, “Perumpamaan kaum mukminin dalam kasih sayang, kecintaan, dan empati mereka satu sama lain adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian sakit, maka seluruh tubuh turut merasakan sakit dengan demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Faktanya, selama umat Islam masih terkungkung oleh nasionalisme warisan kolonial, mereka tidak akan pernah benar-benar bersatu. Nasionalisme memecah belah kekuatan umat menjadi negara-negara kecil yang lemah dan saling terisolasi. Jihad sebagai solusi pun tak akan pernah digerakkan, karena masing-masing negara merasa itu bukan urusannya.
Oleh karena itu, umat membutuhkan satu kepemimpinan yang mampu menyatukan kekuatan umat. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Imam itu perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” (HR. Muslim no. 1841)
Penutup
Gerak umat ini tidak boleh tanpa arah dan strategi. Ia harus dipimpin oleh jamaah dakwah ideologis yang konsisten menyerukan penegakan syariah dan jihad. Jamaah inilah yang akan menjadi pemantik kebangkitan dan menyatukan potensi umat dalam satu barisan perjuangan global.
Pembebasan Palestina bukan hanya retorika, solusinya dengan jihad dalam satu kepemimpinan Islam. Inilah satu-satunya jalan agar penderitaan rakyat Palestina segera berakhir dan Islam kembali menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Oleh : Ummu Fahhala, S.Pd.(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)
Eksplorasi konten lain dari SINARPOS.com
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.