Serangan Drone Terbesar Rusia ke Ukraina Sejak 2022: Eskalasi Baru Usai Gagalnya Perundingan Damai
SINARPOS.com – Kyiv, Ukraina – 18 Mei 2025 || Rusia melancarkan serangan drone terbesar sejak awal invasi ke Ukraina pada 2022. Serangan yang terjadi dini hari waktu setempat ini menjadi simbol eskalasi besar-besaran setelah upaya terbaru perundingan damai antara Moskow dan Kyiv berakhir tanpa kesepakatan.
Perundingan damai terbaru yang dimediasi oleh Turki dan Swiss mengalami kebuntuan minggu lalu. Ukraina menuntut penarikan penuh pasukan Rusia dan pengembalian wilayah yang diduduki, termasuk Krimea, sementara Rusia tetap pada posisinya untuk mempertahankan kendali atas wilayah yang telah dianeksasi.
Menurut keterangan dari Angkatan Bersenjata Ukraina, lebih dari 150 drone kamikaze tipe Shahed-136 buatan Iran diluncurkan dari berbagai wilayah Rusia, menyasar infrastruktur energi, instalasi militer, dan kawasan permukiman di beberapa kota besar termasuk Kyiv, Lviv, dan Dnipro.
BACA JUGA : Ketegangan Memuncak: Dunia Waspadai Potensi Perang Nuklir antara India dan Pakistan
Serangan drone besar-besaran ini menunjukkan bahwa konflik Rusia-Ukraina masih jauh dari kata selesai. Dengan meningkatnya intensitas serangan dan memburuknya kondisi kemanusiaan di lapangan, tekanan terhadap komunitas internasional untuk mengambil langkah lebih tegas pun semakin menguat.

Kementerian Dalam Negeri Ukraina mengonfirmasi bahwa sedikitnya 17 warga sipil tewas dan lebih dari 60 lainnya luka-luka, termasuk anak-anak. Puluhan bangunan hancur, dan jaringan listrik di beberapa wilayah timur mengalami pemadaman total. Tim penyelamat masih bekerja di reruntuhan bangunan yang terkena serangan langsung.
Respon Pemerintah Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pernyataan resminya mengatakan, “Serangan ini membuktikan bahwa Moskow tidak pernah serius soal perdamaian. Dunia tidak boleh menutup mata terhadap kejahatan perang yang terus terjadi.”
Zelensky juga menyerukan kepada negara-negara Barat untuk mempercepat pengiriman sistem pertahanan udara tambahan dan memperluas sanksi ekonomi terhadap Rusia.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan “fasilitas militer strategis” dan menyatakan bahwa semua serangan dilakukan dengan presisi tinggi. Moskow tidak menyinggung jatuhnya korban sipil, dan menuduh Ukraina menyabotase proses perdamaian.
Serangan ini menuai kecaman luas dari komunitas internasional. NATO menyebut tindakan Rusia sebagai “provokasi besar yang menghambat stabilitas kawasan.” Uni Eropa tengah mempertimbangkan sanksi tambahan terhadap sektor industri drone dan teknologi Rusia.
BACA JUGA : India dan Pakistan Sepakati Gencatan Senjata Setelah Tiga Hari Pertempuran Intens
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Washington akan “berdiri teguh bersama rakyat Ukraina” dan berjanji akan segera mengirim sistem pertahanan udara Patriot tambahan dalam waktu dekat.