
SINARPOS.com Lubuklinggau, Sumatera Selatan, 2 Juni 2025 – Proyek penggantian Jembatan Eka Marga di Kelurahan Eka Marga, Kecamatan Lubuklinggau Selatan II, yang dianggarkan oleh Pemerintah Kota Lubuklinggau pada tahun anggaran 2024, hingga kini masih dalam tahap pemasangan mal untuk pengecoran badan jembatan. Padahal, proyek ini memiliki peran vital sebagai akses utama menuju Tanjung Harapan, sebuah kawasan yang cukup terpencil namun penting bagi aktivitas warga.
Memasuki bulan Februari 2025, pengerjaan jembatan masih dalam tahap pemasangan papan cor dan menunggu kedatangan bantalan jembatan.
Salah seorang pekerja di lokasi menyebutkan bahwa mereka hanya bertugas sebagai tenaga kerja dan tidak mengetahui detail teknis proyek.

“Kami hanya pekerja, untuk informasi lebih lanjut sebaiknya tanyakan langsung kepada atasan,” ujarnya.
Sementara itu, seorang mandor proyek mengungkapkan bahwa Jembatan Eka Marga memiliki panjang bentang 20 meter dengan lebar 3 meter.

Ia juga menjelaskan bahwa seluruh pengerjaan dilakukan secara manual menggunakan molen berkapasitas kecil.
“Karena akses menuju proyek sulit dilalui oleh mobil molen, maka pengerjaan pengecoran dilakukan secara manual,” jelasnya.
Proyek Anggaran Besar, Pengerjaan Lambat, Keluhan Warga Transparansi Proyek
Berdasarkan papan pemberitahuan proyek, kegiatan Penggantian Jembatan Eka Marga ini memiliki nilai kontrak mencapai Rp2,4 miliar lebih, yang bersumber dari APBD Kota Lubuklinggau tahun anggaran 2024.
Proyek ini dikerjakan oleh CV Raihan Aditya dengan masa pengerjaan yang tertera selama 180 hari kalender.
Namun, meski memiliki anggaran besar, metode pengerjaan yang dilakukan secara manual menimbulkan pertanyaan terkait efisiensi dan kualitas konstruksi. Warga setempat mulai mempertanyakan apakah proyek ini akan selesai tepat waktu dan sesuai dengan spesifikasi yang telah direncanakan.
Seorang warga Kelurahan Eka Marga, Naizer, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap proyek yang tak kunjung rampung.
“Kalau tidak salah, pertengahan tahun 2024 proyek ini mulai dikerjakan, tetapi sampai sekarang belum selesai,” ujarnya.
Meskipun warga mengapresiasi pembangunan jembatan ini karena kondisi jembatan lama yang sudah miring dan membahayakan, mereka berharap proyek ini dapat diselesaikan tepat waktu.
“Kami sangat membutuhkan jembatan ini, karena menjadi satu-satunya akses menuju Tanjung Harapan. Jika belum selesai, kami terpaksa memutar menyusuri bahu saluran irigasi,” tambahnya.
Jembatan yang membentang di atas saluran irigasi ini memiliki peran penting bagi masyarakat sekitar, terutama bagi para petani yang bergantung pada akses ini untuk menuju lahan pertanian mereka.
Dengan keterlambatan yang terjadi, warga berharap pihak terkait dapat memberikan transparansi lebih lanjut mengenai progres pembangunan serta memastikan proyek ini selesai sesuai jadwal.
Pemerintah Kota Lubuklinggau dan kontraktor diharapkan dapat memberikan klarifikasi terkait kendala yang dihadapi serta langkah-langkah yang akan diambil untuk mempercepat penyelesaian proyek.
Dengan demikian, masyarakat dapat segera menikmati manfaat dari infrastruktur yang telah lama dinantikan.
Hingga berita ini diterbitkan, Pihak CV Raihan Aditya belum memberikan jawaban untuk memberikan penjelasan kepada awak media saat dikonfirmasi.
**Asep