Search for:
  • Home/
  • Budaya/
  • Budaya Mayarakat Kabupaten Jayapura Pesta Makan Papeda, Simak Keseruannya
Budaya Mayarakat Kabupaten Jayapura Pesta Makan Papeda, Simak Keseruannya

Budaya Mayarakat Kabupaten Jayapura Pesta Makan Papeda, Simak Keseruannya

SINARPOS.COM

KABUPATEN JAYAPURA || Awalnya dengan dana yang sangat minim pesta tersebut berhasil mengundang perhatian masyarakat Kabupaten Jayapura dan sekitarnya hingga aparat keamanan datang untuk mengamankan penyelenggara pesta tersebut.

ADA kisah unik dibalik Festival Helay Mbay Hote Mbay atau yang lebih dikenal dengan pesta makan papeda.

Pesta yang diselenggarakan di Kampung Abaar, Distrik Ebungfau, Kabupaten Jayapura ini diprakarsai oleh seorang kepala suku bernama Naftali Felle. Pesta makan papeda bersama pertama kali diselenggarakan pada tanggal 30 September 2017.

Saat itu, Naftali rela merogoh kocek cukup dalam untuk menyelenggarakan pesta itu.

“Rp. 5 juta. Awalnya saya hanya berpikir untuk kita disini saja (Kampung Abaar)” ucapnya saat ditemui, Kamis (28/09).

Diapun tidak menduga bahwa kabar akan pesta yang digelar tersebut berhasil tersiar ke beberapa kampung yang ada di Danau Sentani.

Sehingga banyak masyarakat dari kampung tetangga yang datang untuk bersama meramaikan pesta tersebut.

Kabar adanya pesta makan sagu di Kampung Abaar ini rupanya tidak disambut baik oleh beberapa oknum masyarakat di Kabupaten Jayapura.

Sehingga beberapa oknum ini melaporkan ke pihak Kepolisian bahwa di Kampung Abaar tengah dilaksanakan kegiatan politik.

“Pertama kita laksanakan itu tanggal 30 September 2017. Saya juga tidak berpikir kalau kegiatan yang kita lakukan di kampung ini di dipolitisir ada kaitannya dengan G30SPKI” ungkapnya.

“Ada yang Lapor ke Polisi kalau di Kampung Abaar lagi ada acara dan sangat ramai, jadi waktu itu ada empat atau lima polisi datang dengan senjata lengkap, yang mau membubarkan dan mengamankan penyelenggara kegiatan” tambahnya.

Namun setelah dijelaskan, aparat yang datang dengan senjata lengkap itu akhirnya ikut duduk, bercengkerama dan makan bersama warga yang hadir untuk meramaikan pesta itu.

Naftali juga tidak menampik bahwa dirinya belum berkoordinasi dengan pihak keamanan terkait dengan ijin keramaian.

Karena saat itu dirinya berpikir pesta yang digelar ini hanya untuk lingkup Kampung Abaar saja.

Persatuan dan Kebersamaan

Ada pesan moral yang tersirat dalam Pesta budaya makan papeda dengan tema sentral Helay Mbay Hote Mbay.

Naftali menjelaskan, pada jaman dahulu masyarakat di Kampung Abaar ketika ingin memutuskan segala sesuatu, mereka akan duduk merumuskannya sambil menikmati sajian Papeda dan ikan kuah.

Hal inilah yang ingin dia dan seluruh masyarakat Kampung Abaar sampaikan bahwa nilai-nilai kultural seperti ini harus dipertahankan.

Karena menurutnya di era globalisasi saat ini nilai-nilai tersebut kian hari kian luntur, sehingga menurutnya hal seperti ini perlu untuk dilestarikan kembali.

“Helay itu wadah yang dibuat dari tanah liat untuk kita makan papeda, Mbay itu satu dan hote itu piring ikannya. Helay Mbay dan Hote filosofinya adalah kebersamaan” ungkap Naftali.

“Masyarakat Sentani khususnya dan Papua pada umumnya kita makan papeda di Sempe (produk gerabah tanah liat) bukan di bokor (produk plastik). Disaat kita makan Papeda semua anak-anak dipanggil datang duduk melingkar”

“Mereka ambil papeda dari satu wadah dan colo dan ambil ikannya di satu piring ikan disana ada hubungan ikatan kekeluargaan, hubungan emosional satu keluarga antara orang tua dan anak tercipta. Dan disaat khusus disaat anak-anak ini makan Papeda nasihat-nasihat diberikan oleh orang tua kepada anak-anak agar dapat hidup dengan baik dan bermanfaat bagi orang lain” pungkasnya.


(Rusnia**)

Leave A Comment

All fields marked with an asterisk (*) are required