
Sinarpos.com
Sinarpos.com – Fenomena bullying bukan lagi kejadian tunggal. Ia telah menjadi masalah sosial yang merusak karakter generasi kita. Di sekolah, media sosial, pergaulan remaja, bahkan di tempat ibadah seperti masjid, kekerasan dan perundungan terus terjadi.
Wabah Kekerasan yang Mengkhawatirkan
Baru-baru ini muncul insiden memilukan di SMAN 72 Jakarta Utara, saat shalat Jumat di masjid sekolah, terjadi ledakan yang melukai belasan siswa.
Menurut laporan, bom rakitan (atau molotov) dibawa oleh seorang siswa yang diduga sering menjadi korban bullying.
Polisi menemukan dua lokasi ledakan di dalam masjid dan beberapa sisa peledak berupa paku dan bagian plastik.
Kejadian ini menjadi alarm bahwa kerusakan sistem sosial kita lebih dari sekadar masalah “anak nakal” , melainkan ini cerminan dari sistem yang rusak.
Akar Masalah: Sistem Sekuler yang Memisahkan Peran Agama dari Kehidupan
- Agama Dipinggirkan
Sistem pendidikan dan sosial yang sekuler menjadikan agama sebagai hal “tambahan”, bukan menjadi pondasi. Agama diajarkan seperti pelajaran lain, tetapi tidak menjadi sumber nilai dasar perilaku. Padahal, dalam Islam melakukan bullying merupakan perkara yang dilarang. Sebagaimana firman Allah SWT :
“Dan janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum lainnya… dan jangan saling mencela.”
(QS. Al-Hujurat: 11)
Tanpa iman yang kokoh, sekalipun perintahnya sudah jelas, hanya akan berhenti di lisan saja.
- Budaya Individualisme
Dalam masyarakat yang semakin individualis, sering terdengar ungkapan “urus urusanmu sendiri” seperti menjadi norma. Akibatnya, tidak ada yang berani menegur ketika ada kemungkaran.
Padahal, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangan …” (HR. Muslim)
Jika nilai ini lemah, anak-anak akan dibiarkan tumbuh tanpa pengawasan moral, hanya diasuh oleh gadget dan pergaulan.
- Negara Tak Menjalankan Perannya sebagai Penjaga Moral
Negara dalam sistem sekuler sering hanya berfokus pada urusan administratif dan reaktif terhadap kejahatan, bak pemadam kebakaran, pemerintah kerap hadir setelah kerusakan terjadi.
Sedangkan dalam Islam, negara harus:
- Membangun pendidikan berakar iman
- Mengawasi konten publik dan mencegah kerusakan moral
- Menegakkan aturan dengan adil dan tegas terhadap pelaku kezaliman
Mengapa Bullying Merajalela?
- Hilangnya Rasa Takut pada Allah (Taqwa)
Banyak orang muda hari ini takut pada peraturan sekolah atau opini publik, tapi tidak cukup takut pada Allah. Padahal ketika seseorang yakin setiap perbuatannya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, dia lebih berhati-hati. - Pendidikan Modern yang Hanya Kompetitif
Sekolah lebih fokus pada nilai dan prestasi akademik daripada karakter dan akhlak. Anak menjadi “produk” yang dikejar skor, bukan manusia yang dibina agamanya. - Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Munkar Melemah
Menegur kesalahan dianggap menghakimi. Padahal masyarakat dalam Islam seharusnya menjadi pagar moral — saling menjaga agar kezaliman tidak tumbuh. - Konten Media & Pergaulan Bebas
Remaja dibombardir dengan konten yang kasar: penghinaan, kekerasan, gosip. Semua itu mengikis rasa empati dan norma kemanusiaan. Islam, sebaliknya, mendorong lisan yang lembut, sebagaimana Firman Allah SWT : “Ucapan yang baik itu lebih baik …” (QS. Al-Baqarah: 263)
Islam Menawarkan Solusi Menyeluruh
Islam bukan hanya agama “nasihat baik” — ia adalah sistem penuh yang mampu mencegah kerusakan sejak akar. Berikut solusi Islam terhadap bullying:
- Membentuk Individu Bertakwa
Tanamkan sejak kecil kesadaran: Allah selalu melihat perbuatan kita. Ajarkan adab berbicara, menahan lisan, dan menjaga tangan dari menyakiti. Ingatkan bahwa setiap tindakan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Rasulullah ﷺ bersabda: “Muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya.”
- Keluarga sebagai Pusat Pendidikan Akhlak
Orang tua bukan sekadar memberi fasilitas, tetapi juga: memberi teladan beradab, seperti mengajarkan kasih sayang dan batas halal-haram, hingga menentukan pergaulan anak dan mengajarkannya tanggung jawab moral’. - Masyarakat yang Saling Menjaga, setiap anggota masyarakat wajib menegur ketika melihat kezaliman kecil. Dengan saling menjaga, bullying sulit berkembang.
- Negara yang Menegakkan Syariat secara Menyeluruh
Negara dalam kerangka Islam harus:
- Membina pendidikan yang berakar pada aqidah
- Mengawasi dan membatasi konten publik yang berbahaya moral
- Menciptakan lingkungan sosial yang sehat
- Memberi sanksi tegas kepada pelaku kezaliman — bukan hanya sebagai “motivasi”, tetapi sebagai bentuk keadilan
Kesimpulan: Bullying Bukan Sekadar Gejala — Ia Simptom Sistem
Ledakan bom di masjid SMAN 72 Jakarta Utara, yang diduga dilakukan oleh siswa korban bullying, bukanlah peristiwa acak. Ini adalah refleksi dari sistem yang merusak: sistem sekuler yang meminggirkan agama, melemahkan kontrol moral, dan membiarkan generasi tumbuh tanpa rasa takut kepada Allah. Jika kita ingin menghentikan bullying, solusinya bukan sekadar memberikan seminar motivasi, kampanye anti-kekerasan atau hukuman administratif dari sekolah. Melainkan kembali kepada syariat Allah secara menyeluruh.
Islam memuliakan manusia, menjaga kehormatan jiwa, dan membangun lingkungan yang bersih dari kezaliman. Bullying akan mereda ketika manusia hidup di bawah aturan Allah. Inilah panggilan mendesak: Islam bukan sekadar idealisme — ia adalah kebutuhan untuk menyelamatkan generasi.
Oleh: Robiyatun ( Pegiat Literasi)






