
Orang Menggali: Membawa Amal dan Meninggalkan Amal
Setiap manusia pada dasarnya sedang menggali. Ia menggali amal yang akan dibawa dan amal yang akan ditinggalkan. Dalam perjalanan hidup ini, kita tidak pernah lepas dari pilihan antara berbuat baik atau mengabaikan kebaikan. Setiap tindakan, sekecil apa pun, akan menjadi bagian dari lubang yang kita gali sendiri—lubang amal yang kelak akan kita isi dengan kebaikan atau malah dengan penyesalan.
Hidup adalah ladang tempat menanam amal. Apa yang kita tanam hari ini, akan kita tuai di masa depan. Membawa amal berarti terus berbuat baik dalam setiap kesempatan. Kebaikan tidak harus besar; bisa dimulai dari hal sederhana seperti menolong orang lain, menjaga tutur kata, atau sekadar tersenyum dengan tulus. Semua perbuatan baik yang dilakukan dengan ikhlas akan menjadi amal yang menyertai kita sampai akhir hayat.
Namun, tak sedikit orang yang justru meninggalkan amal. Mereka terlalu sibuk mengejar kesenangan dunia, hingga melupakan bahwa hidup ini sementara. Kadang kita berpikir akan sempat berbuat baik nanti, padahal waktu tidak pernah menjanjikan penundaan. Setiap hari yang berlalu tanpa amal adalah kehilangan kesempatan untuk menanam kebaikan yang bisa menjadi bekal di akhirat.
Dalam pandangan saya, orang yang bijak adalah mereka yang sadar bahwa hidup bukan hanya tentang hari ini, tetapi juga tentang kehidupan setelah mati. Mereka menggali amal dengan penuh kesadaran, berusaha mengisi hidup dengan kebaikan yang bermanfaat. Sebab, membawa amal berarti menyiapkan bekal untuk diri sendiri, sedangkan meninggalkan amal berarti mewariskan manfaat bagi orang lain.
Meninggalkan amal bukan berarti kehilangan amal, melainkan meninggalkan jejak kebaikan. Amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa dari orang saleh adalah contoh amal yang akan terus hidup meskipun pelakunya telah tiada. Dengan demikian, manusia tidak hanya diingat karena kata-kata atau prestasinya, tetapi karena kebaikan yang ia tinggalkan.
Di tengah kehidupan modern yang serba cepat, manusia sering kali lupa menggali amal. Banyak yang sibuk dengan urusan duniawi hingga lupa mengisi hatinya dengan nilai-nilai kebaikan. Padahal, harta, jabatan, dan popularitas hanyalah titipan yang akan ditinggalkan. Satu-satunya yang akan kita bawa ketika menutup mata adalah amal baik yang telah kita kumpulkan.
Karena itu, sudah seharusnya kita merenung: amal apa yang sudah kita bawa, dan amal apa yang akan kita tinggalkan? Setiap hari adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, menambah amal, dan menghapus kesalahan. Tidak ada kata terlambat untuk menggali kebaikan selama napas masih berhembus.
Akhirnya, hidup akan lebih bermakna bila dijalani dengan kesadaran bahwa kita adalah penggali amal. Semakin dalam kita menggali dengan niat dan kebaikan, semakin besar cahaya yang akan menerangi jalan kita. Orang yang menggali amal dengan ikhlas akan membawa ketenangan dalam hidupnya, serta meninggalkan jejak kebaikan yang tidak akan pernah padam**





