
SINARPOS.COM | BANDUNG – Menyikapi gencatan senjata yang terjadi antara Hamas dengan Entitas Yahudi pada Kamis, 9 Oktober 2025, lalu. Forum Ulama Tokoh dan Advokat (FUTA) Jawa Barat menggelar aksi damai di depan Gedung Sate, Kota Bandung pada 19 Oktober 2025.
Aksi damai jilid 3 kali ini diikuti oleh sekitar 15000 massa yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat. Koordinator aksi, Pirmanyah meyebut gencatan senjata ini sesungguhnya rapuh, sebagaimana waktu sebelumnya, gencatan senjata telah terjadi pada pada 15 Januari 2025 dan menurutnya itu pun kembali dikhianati Yahudi.
Selain itu, Pirmansyah mengugkap setelah lebih dari dua tahun sejak 7 Oktober 2023, ketika Hamas melakukan serangan balasan massif atas penjajahan yang telah dilakukan entitas Yahudi sejak 1948, jika dihitung sudah 77 tahun lamanya. Maka, diberitakan sampai saat ini, Oktober 2025 korban yang gugur dari umat Islam di Gaza Palestina mencapai lebih dari 67.000 orang dan mayoritas anak-anak dan wanita, ratusan ribu terluka, dan jutaan harus mengungsi serta hampir semua bangunan hancur.
Dan menurutnya yang tidak kalah mengerikan adalah genosida entitas yahudi yang menghalangi bantuan makanan, membuat pengungsi Gaza mengalami kelaparan yang begitu parah, sementara penguasa di sejumlah negara belum melakukan tindakan yang berpengaruh signifikan terhadap warga Palestina.
“Penguasa negeri-negeri muslim diam padahal mereka memiliki makanan dan ratusan ribu bahkan jutaan tentara muslim. Bukan hanya tentara tapi juga senjata, bahkan bom nuklir.” tegasnya.
Kerena itu, Ia mewakili Forum Ulama Tokoh dan Advokat Jawa Barat mengutuk semua bentuk kebiadaban atau genosida yang dilakukan entitas yahudi zionis, termasuk rencana pemerintahan transisi internasional bentukan Amerika di Gaza Palestina saat ini.
“Waspadai gencatan senjata dari pengkhianatan Penjajah Yahudi. Termasuk yang mereka masih terus lakukan Caza. Sesungguhnya akar masalah Baitul Maqdis (Palestina) ini adalah penjajahan entitas yahudi zioni penjajah yang dibeking negara kafir penjajah, baik Inggris pasca Deklarasi Balfour 1917, maupun Amerika sampai era Trump saat ini.” jelasnya.
Ia melanjutkan, aksi kali ini juga menuntut para penguasa negeri-negeri muslim, terutama Presiden Indonesia, untuk mengirimkan tentara muslim untuk melakukan jihad fi sabilillah , mengusir zionis dari seluruh bumi Baitul Maqdis (Palestina), bukan menjadi tentara perdamaian saja.
Terakhir, Ia mengajak semua pihak, khusunya para tokoh-tokoh muslim dari kalangan ulama, mubalighoh, militer, cendekiawan, pengusaha, jurnalis, pengacara, mahasiswa, dan yang lainnya, untuk bersatu dalam ukhuwah Islamiyah, untuk berjuang bersama demi terbebaskannya kawasan Baitul Maqdis (Palestina) dan negeri-negeri Islam lainnya. Persatuan yang menurutnya tegak di atas landasan Aqidah Islamiyah.