
SINARPOS.com Karawang -sabtu Pada tanggal 28 Juni 2025, Karawang, Jawa Barat menjadi saksi dari sebuah acara bersejarah yang mengusung tema “Menuju Desa Berketahanan Iklim dan Pangan” melalui peluncuran Indeks Resiko Iklim Desa (IRID). Kegiatan ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan, termasuk Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)Varrell Bramasta , Pemerintah Daerah (Pemda) H Maslani (wakub)Karawang, serta berbagai instansi terkait, yang bekerja sama untuk meningkatkan ketahanan desa terhadap perubahan iklim dan mendukung ketahanan pangan lokal.
Dalam wawancara dengan media, seorang anggota DPR RI( Varrell) ,menyampaikan apresiasi terhadap acara peluncuran IRID ini. Ia menyatakan, “Terima kasih kepada teman-teman media dan semua yang hadir. Saya rasa ini adalah program konkret dan inovatif. Sekitar 73% dari populasi Indonesia tinggal di desa, dan berbicara tentang desa berarti juga berbicara tentang swasembada pangan untuk para petani. Namun, kita harus akui bahwa perubahan iklim yang semakin ekstrem membawa dampak yang sangat besar bagi petani.”

Lebih lanjut, anggota DPR tersebut berharap bahwa Indeks Resiko Iklim Desa (IRID) dapat menjadi indikator yang dapat diandalkan untuk memprediksi kondisi cuaca di setiap desa. Dengan demikian, para petani dan pihak terkait dapat merencanakan tindakan preventif dan adaptif terhadap perubahan iklim yang terjadi. Ia juga menggarisbawahi pentingnya kerjasama lintas sektor antara pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan kebijakan yang berdampak langsung pada keberlanjutan lingkungan dan perekonomian desa.
Sementara itu, dari Pemerintah daerah Kabupaten Karawang H Maslani ( wakub) yang juga turut hadir dalam acara tersebut, mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaannya atas peluncuran IRID. Dalam wawancara media, ia mengatakan, “Alhamdulillah, kami sangat berterima kasih kepada Menteri dan seluruh pihak dari Kementerian yang hadir tanpa kenal lelah untuk bekerja nyata demi kepentingan masyarakat di daerah. Ini adalah langkah awal yang luar biasa. Semoga kedepannya kita bisa melangkah lebih jauh untuk meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat Karawang, terutama para petani.”

Pemda Karawang juga berharap program-program yang dijalankan oleh kementerian dan lembaga terkait dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, terutama petani lokal, yang menjadi garda terdepan dalam penyediaan pangan.
Di tempat yang sama, Ibu Jesika, perwakilan dari Bank Dunia, memberikan apresiasi atas diselenggarakannya acara ini. Ia menekankan pentingnya keberlanjutan inovasi yang tidak hanya memiliki dampak global, tetapi juga relevansi yang sangat tinggi untuk tingkat daerah, khususnya bagi masyarakat desa.
“Program ini bukan hanya inovatif, tetapi juga sangat relevan bagi kondisi desa-desa di Indonesia, khususnya Karawang. Kami sangat mengapresiasi langkah konkret yang diambil oleh pemerintah daerah, DPR RI, dan kementerian untuk meningkatkan ketahanan desa, terutama dalam mendukung para petani. Ini adalah sinergi yang sangat positif, dan kami berharap dapat terus bekerja sama dalam mewujudkan ketahanan iklim dan pangan yang berkelanjutan,” ujar Ibu Jesika.
Petani Milenial: Membangun Masa Depan Desa dengan Teknologi Inovatif
Fenomena baru muncul di Karawang dan sekitarnya, dimana banyak petani milenial yang mengubah pandangan umum tentang profesi petani. Dengan mengintegrasikan teknologi dan inovasi dalam bertani, seperti penggunaan aplikasi prediksi cuaca, sensor tanah, dan sistem irigasi otomatis, para petani muda ini tidak hanya mampu bertahan dalam menghadapi perubahan iklim, tetapi juga meraih kesuksesan finansial.
“Meskipun selama ini banyak orang berpikir bahwa bertani adalah sektor yang tidak menjanjikan, faktanya petani muda di Karawang, Purwakarta, dan Bekasi berhasil membuktikan sebaliknya. Mereka sudah memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan hasil panen dan bahkan mengintegrasikannya dengan sektor pariwisata atau ekspor,” ujar seorang petani muda dari Karawang. Salah satu contoh yang mencuat adalah adanya desa wisata yang dikelola oleh para pemuda, dengan hasil produk pertanian yang diekspor ke luar negeri.
Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Yandi Susanto, S.Pt., M.Pd., juga memberikan pernyataan terkait acara peluncuran IRID. Ia menegaskan pentingnya program ini bagi desa, terutama desa yang masuk kategori tertinggal. Menurutnya, kolaborasi antara Bank Dunia, DPR RI, Pemerintah Daerah, dan masyarakat desa adalah langkah nyata untuk menjaga ketahanan pangan dan ekosistem di pedesaan.
“Program ini sangat penting, terutama untuk desa-desa yang tertinggal. Kami bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Bank Dunia, untuk meningkatkan ketahanan iklim desa melalui Indeks Risiko Iklim Desa. Saya mengimbau kepada generasi muda dan masyarakat desa untuk tidak merusak lingkungan hidup. Jangan biarkan ekosistem rusak yang bisa mempengaruhi iklim,” ujar Menteri Yandi.
Lebih lanjut, Menteri Yandi menekankan bahwa perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi sekarang ini harus dihadapi dengan cara yang lebih proaktif, salah satunya dengan menjaga lingkungan dan melakukan penghijauan. Ini adalah kunci agar para petani di desa dapat terus mengandalkan sektor pertanian untuk ketahanan pangan nasional.
Dengan adanya peluncuran Indeks Resiko Iklim Desa (IRID), pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait berharap dapat bersama-sama memperkuat ketahanan desa terhadap perubahan iklim dan menciptakan lingkungan yang mendukung ketahanan pangan.
Melalui inovasi teknologi dan kolaborasi antara sektor pemerintahan, masyarakat, dan lembaga internasional, desa-desa di Indonesia, khususnya Karawang, diharapkan bisa mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
**Yuli dan Inces